paprika.jpg

Hendra Gunawan



Hal-hal penting sebelum mengambil keputusan untuk memulai usaha budidaya paprika secara hidroponik diantaranya persiapan nursery, persemaian, pemilihan varietas, penanaman (transplanting) pengendalian hama penyakit, pemupukan, panen dan dan pasca panen, pemasaran dan sebagainya.

Ada beberapa pertanyaan yang harus Anda tanya pada diri Anda sendiri SEBELUM ANDA MULAI, diantaranya: Mengapa Anda ingin mulai dalam bisnis ini? Dalam situasi ini ada asumsi bahwa kita mulai karena ini mendapatkan keuntungan.

  • Apakah lokasinya cocok untuk tanaman paprika? Dataran tinggi kurang lebih 1.000 m dpl, suhu siang hari 27 derajat Celcius, suhu malam hari 18 derajat Celcius, persediaan air cukup, tidak jauh dari pasar dan sebagainya.Siapa yang akan mengurus kebun dari hari ke hari? Seseorang yang mempunyai skil dalam hal teknis, sosial dan manajemen akan melakukan rutinitas pekerjaan ini dan tidak takut tangan dan pakaiannya menjadi kotor. *
  • * Seberapa besar Anda akan mulai? Tentunya tergantung berapa banyak uang yang Anda punya, kualitas dan pengalaman dari manager dan staff Anda, tingkat teknologi yang akan digunakan dan sebagainya.
  • * Kapan Anda akan mulai? Setelah melakukan penelitian kelayakan teknis dan ekonomis secara serius. Jangan terlalu sepat percaya pada informasi yang baru Anda dengar atau kepada spesialis yang baru Anda kenal.
  • * Berapa besar Anda harus berinvestasi? Tergantung beberapa hal seperti teknologi, kualitas sarana produksi yang Anda gunakan, lokasi manajemen, konsultan, supplier, dan lain-lain.
  • * Investasi dan biaya operasional untuk tahun pertama sekitar Rp.125.000,- s/d 325.000,- per meter persegi bahkan bisa lebih besar.
  • * Perkiraan keuntungan adalah Rp. 10.000,- s/d Rp. 30.000 per meter persegi, tetapi lebih kecil juga mungkin.

PERSEMAIAN

Hampir sama dengan komoditi lainnya, komoditi yang lainnya, komoditi paprika dengan sistem hidroponikpun dilakukan pembibitan terlebih dahulu. Priode pembibitan awal dari sistem dari bercocok tanam yang sangat penting karena akan menentukan berhasil tidaknya tanaman pada masa produksi.

A. PERSIAPAN

Sarana, alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah Nursery, Tray semai/wadah, Benih (contoh benih paprika yang ada seperti spertacus F1, Goldflame F1, kelvin F1), Media semai (Rockwool-Grodan/Sekam bakar,dll), Thermometer dan Hygrometer, Pinset, Ruang semai/lemari semai dan Alat semprot (hand sprayer).

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam persemaian/pembibitan antara lain Kualitas benih, Jenis media yang digunakan, Suhu dan Kelembaban, intensitas cahaya dan Teknis pembibitan.

C. TEKNIS PEMBIBITAN

  • Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama ± 30 menit, sambil menunggu kita bisa menyiapkan media semai yang akan digunakan.

  • Basahi media dengan air bersih dan pastikan media basahsampai merata dan biarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.

  • Buat lubang kecil pada rockwool-Grodan (apabila menggunakan Rockwool) atau garitan kecil yang saling berpotongan pada Sekam (apabila menggunakan sekam bakar) sehingga membentuk bujur sangkar dengan jarak ± 2 Cm.

  • Letakkan benih satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh menghadap kebawah ± 0,5 Cm dengan menggunakan Pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa.

  • Benih-benih tersebut ditaruh dlemari semai (germenation chamber), selama dilemari semai suhu optimal 20-25 ÂșC dengan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan cara memasang lampu jika suhu rendah dan Jika kelembaban rendah semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand sprayer.

  • Benih akan berkecambah dalam waktu ± 7 hari, Plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.

  • Bibit dengan koteledon tumbuh sempurna, dipindahkan kepolybag 15 x 15 Cm yang telah dibasihi dengan larutan nutrisi (JORO A&B Mix) dengan EC. 1,5 mS/Cm dan pH. 5.5.

  • Pemeliharaan dipersemaian/pembibitan meliputi Penyiraman,1-2 kali sehari (tergantung Cuaca, Fase pertumbuhan bibit, dan media yang digunakan), Pengendalian hama dan penyakit selama di nursery misalnya Trips, Mite, Leaf miner, Rebah kecanbah dll) dan yang tak kalah pentingnya adalh pengaturan kembali jarak antar tanam agar daun tanaman tidak saling menutupi.

  • Bibit siap tanam ke greenhouse produksi setelah berumur ± 21 hari di polybag atau sudah berdaun ± 5 hilai.

PERSIAPAN TANAM DAN TRANSPLANTING

Setelah bibit siap untuk dipindahkan ke greenhouse ada beberapa hal yang harus dilakukan/dipersiapkan sebelun transplanting:

A. SANITASI GREENHOUSE

Kegiatan ini merupan kegiatan ini merupan kegitan untuk membersihkan greenhouse dari rumput atau sisa tanaman lainnya, sampah dan benda-benda lainnya yang tidak diinginkan.

B. STERILISASI GREENHOUSE

Sterilisasi dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan seluruh greenhouse dari mikroorgnisme (telur/larva, virus, bakteri dan fungi) yang dapat merugikan tanaman. Ada beberapa bahan yang sering digunakan dalam sterilisasi antara lain lysol, formalin dan beberapa jenis pestisida, yang dalam penggunaannya biasa dilakukan dengan cara:

  • Formalin 5% disemprotkan ke seluruh bagian greenhouse dengan konsentrasi 5 cc/liter air

  • Dalam waktu ±4-5 hari setelah penyemprotan formalin disusul dengan penyemprotan pestisida (insektisida dan fungisida) dan diulang sampai 2-3 kali.

  • Sehari sebelum media tanam ditata, greenhouse disemprot dengan larutan lysol dengan konsentrasi 3-5 cc/ liter air.

  • Instalasi bak desinfektan kaki supaya penyakit tidak bisa dibawa ke dalam greenhouse.

C. PERSIAPAN TANAM

  • Sebelum media ditempatkan, terlebih dahulu media dimasukkan kedalam polybag atau plastik slab atau pot.

  • Bila menggunakan plastik slab, ukuran yang biasa digunakan adalah 100 x 25 cm dan jika menggunakan polybag, ukurannya 35 x 40 cm

  • Media yang biasa digunakan adalah sekam bakar, rockwool-grodan atau cocopeat.

  • Plastik mulsa dipasang pada permukaan bedengan atau dibawa slab/polybag supaya kar tanaman tidak kontaminasi/masuk kedalam tanah.

  • Kemudian media tersebut ditata didalam greenhouse sesuai dengan jarak tanam yang diinginkan (diLembang standar antar bedengan ± 140 cm dan antar tanaman ± 50 cm).

  • Buat lubang tanam dengan diameter ± 15 cm pada permukaan slab (jika menggunakan sistem slab) apabila menggunakan polybag buatlah lubang tanam sesuai dengan besarnya polybag yang digunakan untuk pemeliharaan dinursery.

  • Media dibasahi dengan larutan nutrisi/pupuk dengan EC 1,5 dan pH 5,5 sampai benar-benar basah/jenuh.

  • Pada lubang tanam yaang telah dipersiapkan taburkan Furadan 3G sebanyak ± 2 gram/lubang tanam untuk preventive terhadap serangan Nematoda.

  • Tahap selanjutnya bibit siap untuk ditransplanting ke greenhouse. Sebelum bibit ditempatkan bagian bawah polybag digunting dengan hati-hati supaya akar bibti tidak putus/rusak, kemudian bibit ditempatkan pada lubang tanam yang telah dipersiapkan.

  • Untuk menghindari terjadi kelebihan air siraman dan tumpukan garam-garam dimedia, satu hari setelah transplanting lubang draenase dibuat pada bagian bawah slab/polybag.

PENYIRAMAN DAN PEMUPUKAN (FERTIGASI)

Pemupukan dan Penyiraman (fertigasi) pada budidaya sistem hidroponik umumnya dilakukan secara bersamaan. Teknis fertigasi bisa dilakukan dengan manual atau sistem irigasi tetes (Drip irrigation system), tapi yang terbaik untuk fertigasi adalah dengan sistem irigasi tetes yang berkualitas baik dengan demikian fertigasi bisa merata, tenaga kerja tidak terlalu banyak, menghemat waktu (dalam waktu singkat bisa menyiram tanaman dalam jumlah yang banyak).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

  • Kualitas air (sumber air/sumur/mata air), harus bersih dan bebas dari penyakit/kimia

  • Kualitas pupuk/nutrisi (komposisi hara harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, pupuk yang dipakai mempunyai kemampuan larut 100 %)

  • Waktu, volume dan frekuensi fertigasi

  • Jenis tanaman yang ditanam

  • Jenis media yang digunakan Khusus mengenai nutrisi untuk sistem hidroponik telah tersedia nutrisi siap pakai di toko petanian seperti A&B MIX yang tersedia untuk berbagai komoditi (selain untuk Paprika juga ada A&B MIX untuk tanaman Tomat, Melon, Timun, Mawar Anggrek dll) yang dalam apalikasinya sangat mudah, mengandung unsur hara komplit baik makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman.

TEKNIS FERTIGASI

  • Frekuensi dan volume siram harus disesuaikan dengan kondisi cuaca, jenis dan umur tanaman, fase pertumbuhan tanaman dan jenis media yang digunakan. Cuaca mendung atau hujan (evaporasi kurang) volume dan frekuensi penyiraman dikurangi karena efek terhadap media menjadi terlalu basah sehingga akar tidak bisa tumbuh dengan baik. kondisi yang diinginkan tanaman adalah berimbang antara air, udara, pupuk dan media tanam. Sebaliknya kalau cuaca panas (evaporasi naik) fertigasi harus lebih sering dan volumenya lebih banyak.

  • Nilai EC (jumlah pupuk yang larut dalam air) dan nilai pH (tingkat keasaman) suatu larutan sangatlah penting sebab akan menunjukkan berapa banyak unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Sebab tidak ada satu situasi yang sama (beda daerah, iklim, beda media, beda varietas dll) jumlah dan frekuensi tidak bisa distandarkan /disamakan. Untuk setiap situasi dan kondisi yang berbeda harus kita cari cara yang optimal untuk tanaman.

  • Tingkat kepekatan (EC) yang diberikan untuk tanaman harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. pH didalam media yang bagus kurang lebih 5,2 sebab dengan tingkat pH tersebut semua unsur hara tersedia didalam air/media bisa diserap oleh tanaman.

  • Satu hal yang tak kalah penting adalah pencatatan mengenai waktu siram, volume siram, EC/pH in, EC/pH out, suhu, RH dan kondisi cuaca. Hal ini penting sebab dari data tersebut bisa membantu dalam mengambil suatu keputusan untuk merubah atau tidak sistem yang sudah berlangsung sebelumnya.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Monitoring terhadap serangan hama dan penyakit menjadi penting sebab akan diketahui :

  • Serangan apa yang terjadi

  • Berapa berat serangan

  • Tindakan apa yang akan dilakukan

  • Kapan akan dilakukan pengendalian

Pengalaman dari beberapa petani terakhir ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang seperti: Thrips, Mites, Aphids, leaf miners, ulat, virus, layu fusarium, layu bakteri, powdery meldew, bercak daun, penyakit fisiologis (defesiensi unsur hara) dan sebagainya.

Pencegahan dan Pengendalian dapat dilakukan dengan cara:

  • Menjaga kebersihan, membuang sisa tanaman/gulma jauh dari lokasi greenhouse/masuk bak sampah dan dibakar.

  • Sterilisasi greenhouse (gunakan lysol,formalin dan pestisida) ini harus dilakukan setiap awal musim tanam/sebelum tanam dimmulai.

  • Memasang bak disenfeksi kaki untuk mencegah masuknya telur/larva hama dan patogen penyakit yang terbawa oleh alas kaki.

  • Menggunakan varietas yang resisten

  • Tanaman yang terserang penyakit (virus, bakteri) di masukkan kekantong/karung plastik lalu buang jauh dari lokasi greenhouse/dibakar.

  • Biologis, dengan memanfaatkan musuh alami (predator), tapi cara ini diIndonesia masih jarang dilakukan.

  • Gunakan susu skim (kandungan protein minimal 35 %) dengan konsentrasi 100 gram/1 liter airuntuk menghindari terjadinya penularan virus pada saat miwil (prunning)

  • Kimiawi (pestisida), ini akan menjadi bagus jika penggunaannya tepat dalam pemilihan jenis, konsentrasi dan volume semprot. Disamping itu bisa mempunyai epek kurang baik kalau dalam penggunaannya salah. Untuk menghindari terjadinya kesalahan, memerlukan pengetahuan teknis dan alat (nozle) kualitas tinggi.

  • Lakukan pengendalian bersama-sama dengan kebun disekitar (kebun tetangga) supaya pengendalian hama dan penyakit mungkin akan lebih efektif

Satu hal perlu diperhatikan pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani, konsumen, dan lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut harus menggunakan pengaman seperti jas/pakain semprot, sarung tangan, masker, kacamata dan pengaman lainnya.

PENDAHULUAN

jamur tiram.jpgIndonesia termasuk salah satu negara yang dikenal sebagai gudang jamur terkemuka di dunia. Jamur-jamur yang telah dibudidayakan dan telah populer atau memasyarakat sebagai makanan dan sayuran serta banyak diperdagangkan di pasar adalah jamur merang (Volvariella volvacea), Jamur champignon (Agaricus bitorquis) jamur kayu seperti jamur kuping (Auricularia, Sp.) Jamur Shiitake/payung (Lentinus edodes) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus).

Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol.

Ditinjau dari aspek biologinya, jamur tiram relatif lebih mudah dibudidayakan. Pengembangan jamur tiram tidak memerlukan lahan yang luas. Masa produksi jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan dapat kontinu.

Budidaya jamur tiram dapat dikelola sebagai usaha sampingan ataupun usaha ekonomis skala kecil, menengah dan besar (Industri). Negara-negara yang telah mengembangkan budidaya jamur tiram sebagai agrobisnis andalan dan unggulan adalah Cina, belanda, Spanyol, Prancis, Belgia dan Thailand. Negara-negara tersebut trermasuk produsen jamur terbesar di dunia.

Seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya jamur tiram sebagai bahan makanan yang lezat dan bergizi, maka permintaan konsumen dan pasar jamur tiram di berbagai daerah terus meningkat. Kebutuhan konsumsi jamur tiram meningkat sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan pendapatan serta perubahan pola konsumsi makanan penduduk dunia. Negara-negara konsumen penduduk jamur terbesar adalah Amerika Serikat (AS), Kanada, Jerman, Jepang, Hongkong, Belgia Inggris, Belanda dan Italia. Rata-rata konsumsi jamur per kapita penduduk Kanada dan negara-negara Eropa melibihi 1,5 kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi rata-rata penduduk inggris dan AS masing-masing sekitar 1 kg/kapita/tahun dan 0,5/kapita/tahun.

Jamur_trm4.jpgJamur_trm3.jpg

INFORMASI POKOK


Pemeliharaan jamur tiram sangat praktis dan sederhana, yaitu dengan cara menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Langkah-langkah pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya.

Persiapan Sarana Produksi

Bangunan

Bangunan jamur sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu atau anyaman jerami padi. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m2 (panjang 12m dan lebar 7m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kumbung bisa bervariasi, bisa mirip gembong kereta api atau seperti rumah. Pada umumnya kumbung atau bangunan jamur terdiri dari beberapa ruangan, diantaranya:

  • Ruang persiapan
    Ruang persiapan adalah ruangan yang berfungsi untuk melakukan kegiatan Pengayakan, Pencampuran, Pewadahan, dan Sterilisasi.

  • Ruang Inokulasi:
    Ruang Inokulasi adalah ruangan yang berfungsi untuk menanam bibit pada media tanam, ruang ini harus mudah dibersihkan, tidak banyak ventilasi untuk menghindari kontaminasi (adanya mikroba lain).

  • Ruang Inkubasi
    Ruangan ini memiliki fungsi untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang sudah di inokulasi (Spawning). Kondisi ruangan diatur pada suhu 22 – 28OC dengan kelembaban 60% – 80%, Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak bambu untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastic (baglog) yang sudah di inokulasi.

  • Ruang Penanaman :
    Ruang penanaman (growing) digunakan untuk menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/pengabutan. Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada kondisi optimal 16 – 22OC dengan kelembaban 80 – 90%.


Peralatan

Peralatan yang digunakan pada budidaya jamur diantaranya, Mixer, cangkul, sekop, filler, botol, boiler, gerobak dorong, sendok bibit, centong.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah Serbuk kayu, bekatul (dedak), kapur (CaCO3), gips (CaSO4), tepung jagung (biji-bijan), glukosa, kantong plastik, karet, kapas, cincin plastik.

Tahapan Budidaya Jamur Tiram

Beberapa tahapan dalam budidaya jamur tiram yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Persiapan Bahan
    Bahan yang harus dipersiapkan diantaranya serbuk gergaji, bekatul, kapur, gips, tepung jagung, dan glukosa
  2. Pengayakan
    Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik, hal ini berakibat tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu di ayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk mengayak pasir (ram ayam), pengayakan harus mempergunakan masker karena dalam serbuk gergaji banyak tercampur debu dan pasir
  3. Pencampuran
    Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar 50 – 60 % atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.
  4. Pengomposan
    Pengomposan adalah proses pelapukan bahan yang dilakukan dengan cara membumbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupinya dengan plastic

  5. Pembungkusan (Pembuatan Baglog)
    Pembungkusan menggunakan plastik polipropilen (PP) dengan ukuran yang dibutuhkan. Cara membungkus yaitu dengan memasukkan media ke dalam plastik kemudian dipukul/ditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler (alat pemadat) kemudian disimpan.

  6. Sterilisasi
    Sterilisasi dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 90 – 100OC selama 12 jam.
  7. Inokulasi (Pemberian Bibit)
    Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam setelah sterilisasi, kemudian kita ambil dan ditanami bibit diatasnya dengan mempergunakan sendok makan/sendok bibit sekitar + 3 sendok makan kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas. Bibit yang baik yaitu:
    • Varitas unggul
    • Umur bibit optimal 45 – 60 hari
    • Warna bibit merata
    • Tidak terkontaminasi
  8. Inkubasi (masa pertumbuhan miselium)
    Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan di ruangan inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 – 60 hari.

  9. Panen
    Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran.

BUDIDAYA KAKTUS (Coryphanta echinus)
08.57 | Author: hendra
gambar_tot_ida3.jpg

Asal tanaman kaktus adalah Amerika terutama di kawasan Mexico, Texas, Arizona (AS), Argentina, Bolivia, Peru dan Brazil.

SYARAT TUMBUH

Syarat tumbuh tanaman kaktus antara lain : berada pada ketinggian 1200 mdpl, suhu udara berkisar antara 160-340C. Untuk perkecambahan biji (benih), membutuhkan suhu antara 260-350C. Khusus untuk kaktus hibrida hasil penempelan, dapat tumbuh di daerah pegunungan bersuhu 160-240C. Dapat pula hidup di dataran rendah bersuhu panas, tetapi menyebabkan warna batang cenderung kusam. Kelembaban udara (rH) berkisar antara 30%-90%. Curah hujan rendah, 60 mm/bulan. Intensitas penyinaran 50-80%.

PERBANYAKAN TANAMAN

Tanaman kaktus dapat diperbanyak dengan menggunakan dua cara, antara lain :

1. Perbanyakan Generatif

Kaktus dapat diperbanyak dengan menggunakan biji yang telah diseleksi terlebih dahulu.

2. Perbanyakan Vegetatif

Perbanyakan vegetatif kaktus dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Stek batang atau cabang

Perbanyakan ini bertujuan untuk memproduksi batang bawah.

b. Anakan

Jenis kaktus yang dapat diperbanyak dengan cara ini adalah kaktus yang berukuran bulat dan pendek.

c. Penyambungan (Grafting, Enting)

Prinsip penyambungan adalah menggabungkan dua jenis kaktus untuk memperoleh tanaman baru yang berkualitas baik dan memiliki harga jual yang tinggi.

Adapun metode penyambungan yang dilakukan antara lain:

- Metode sambung rata (Flat Grafting)

- Metode sambungan celah atau belah (Split Garafting)

- Metode sambungan serong (Side Grafting)

TEMPAT TANAM

Tempat yang digunakan untuk tanaman adalah pot. Pot yang digunakan antara lain terbuat dari : tanah liat, plastik, semen, keramik, dan lain-lain.

MEDIA TANAM

Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman kaktus dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan yang tersedia. Media tanam alternatif yang dapat digunakan, antara lain :

a. Pupuk kandang

b. Sekam padi

c. Pasir

PENANAMAN

Penanaman kaktus dimaksudkan untuk memindah tanamkan bibit kaktus dari persemaian atau dari pot kecil ke pot besar untuk tujuan pemeliharaan secara permanen.

PEMELIHARAAN

Pemeliharaan tanaman meliputi :

1. Penempatan pot tanaman

2. Penyiraman

3. Pemupukan

4. Sanitasi dan Repotting

HAMA

Hama yang sering yang sering menyerang tanaman kaktus adalah :

1. Kutu sisik (Pseudococcus s.)

2. Kutu batok (Aspidiotus sp.)

3.Kutu wol (Dactylopius tomentosus).

Hama tersebut dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida dengan dosis yang disesuaikan dengan ketentuan Good Agribisnis Practises (GAP).

MENGENAL GREEN HOUSE
08.43 | Author: hendra


Pertama mendengar kata green house, kita membayangkan bangunan tersebut berada di sebuah perusahaan besar ataupun milik perseorangan yang sudah modern dan berskala besar. Menurut salah satu pakar, green house diartikan sebagai suatu struktur bangunan dimana tanaman dapat tumbuh dan berkembang di bawah lingkungan dan kondisi artifisal (terkendali) yang berkaitan dengan suhu, kelembaban, intensitas cahaya, photo period, ventilasi, media tanah, pengendalian hama dan penyakit, irigasi, fertigasi dan praktek-¬praktek agronomi lainnya.
Dibandingkan teknologi konvesional, tanaman yang dibudidayakan di lahan atau area terbuka relatif mudah terganggu dengan perubahan iklim yang bersifat mendadak sehingga berdampak pada stress tanaman yang mengakibatkan pada penurunan jumlah dan kualitas hasil panen.
Aplikasi di bidang pertanian, konstruksi ini terbukti mendatangkan banyak manfaat diantaranya untuk membudidayakan tanaman di luar musim (off-season), florikultur, aklimatisasi, perbaikan varietas tanaman melalui penyilangan dan lain sebagainya. Secara khusus, kita dapat memetik beberapa manfaat dari green house, antara lain: a) meningkatkan hasil panen 5 - 15 kali atau lebih; b) menekan biaya tenaga kerja; c) mengurangi kebutuhan jumlah dan biaya pemupukan; d) menghemat kebutuhan air; d) mengeliminasi serangan hama dan penyakit tanaman; e) membutuhkan area yang relatif kecil untuk memperoleh hasil panen dan keuntungan, f) memperbanyak tanaman yang akan dijadikan sebagai tanaman donor (eksplan) untuk keperluan kultur jaringan; g) membudidayakan tanaman langka (hampir punah) untuk tujuan konservasif perlindungan biodiversitas tanaman: dan h) mudah dalam mengoperasikan, memelihara dan mengendalikan peralatan dan mesin yang ada dalam green house tersebut. Untuk daerah¬ yang sering dilanda angin kencang dan badai, mendirikan green house di daerah tersebut menjadi suatu keharusan.

Sebaiknya perlu diantisipasi beberapa kelemahan jika akan mendirikan bangunan ini utamanya dibutuhkan biaya investasi tinggi (overhead cost), menuntut ekstra perhatian dan perawatan sehingga sumberdaya manusia yang trampil dan berdedikasi menjadi kunci keberhasilan dalam optimalisasi pemanfaatan teknologi ini.

Ukuran dan bahan materi, bentuk serta struktur green house sangatlah bervariasi sesuai dengan tujuan/kepentingan yang ingin diperoleh. Ukuran green house mulai 100 m2 hingga 10.000 m2 bahkan lebih. Sedangkan bahan yang digunakan mulai yang sederhana terbuat dari lembar polythein, dilengkapi dengan atap dari lembar polycarbonate, gabungan polythein dan shading net, otomatik dan semi otomatik hingga seluruhnya dikendalikan dengan sistem komputerisasi. Menurut bentuk dasarnya, green housegable), melengkung rata (flat arch), kubah (raised dome), gigi gergaji (sawtooth), terowongan (tunnel/igloos) dan sebagainya. Sedangkan ditelaah dari strukturnya, green house terbagi menjadi:

a) Shade house (Rumah Naungan). Struktur bangunan ini terbuat dari rangkaian naungan dari bahan material yang memungkinkan cahayamatahari, kelembaban dan udara dapat masuk melalui celah-celah. Bahan material penutup bangunan digunakan untuk memodifikasi lingkungan yang secara khusus digunakan untuk mengurangi cahaya sekaligus melindungi tanaman dari kondisi cuaca yang kurang menguntungkan. Ketinggian struktur bangunan tersebut bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang akan dibudidayakan yaitu lebih kurang 8 meter.

b) Screen house (Rumah Kaca/Plastik). Bangunan ini terbuat dari plastik atau kaca yang dibuat untuk melindungi tanaman dari serangan hama. Screen house ini banyak dijumpai di daerah-daerah panas atau beriklim tropis.








c} Crop top structures (Struktur Puncak Tanaman). Green house pada katagori ini dibuat atap tanpa ada dinding. Atapnya bisa terbuat dari plastik atau kaca, kain (shade cloth), atau ram nyamuk (insect screening). Struktur ini dibuat sedemikian rupa untuk melindungi tanaman dari air hujan atau mengurangi intensitas cahaya.

Beberapa jenls mesin dan peralatan yang lazim disediakan dalam green house berskala tinggi adalah antara lain: sistem irigasi dan pemupukan (drip/sprinkler irrigation systems), sistem pengkabutan untuk mengatur kelembaban udara, ventiiator untuk membuka dan menutup celah udara masuk-keluar, jaring naungan (shading net), kipas pendingin, sistem penghangat, generator CO2, alat kontrol suhu (termometer), kelembaban (higrometer) dan radiasi, soil pH moister, serta tes NaCl.

Nah, dengan memperhatikan uraian di atas, kita dapat berpikir secara mendalam apakah sudah layak dari segi efisiensi, efektivitas dan produktivitasnya dalam 'membangun green house tersebut untuk kepentingan pertanian kita?


Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mempunyai batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti beludru, warnanya coklat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan.

Buahnya buah buni, bentuknya bulat lonjong bersegi, panjang 4-6,5 ern, warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak, rasanya asam. Biji bentuknya bulat telur, gepeng. Rasa buahnya asam, digunakan sebagai sirop penyegar, bahan penyedap masakan, membersihkan noda pada kain, mengkilapkan barang-barang yang terbuat dari kuningan, membersihkan tangan yang kotor atau sebagai bahan obat tradisional. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.

Nama Lokal :

Limeng, selimeng, thlimeng (Aceh), selemeng (Gayo),; Asom, belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias),; balimbieng (Minangkabau), belimbing asam (Melayu),; Balimbing (Lampung). calincing, balingbing (Sunda),; Balimbing wuluh (Jawa), bhalingbhing bulu (Madura).; Blingbing buloh (Bali), limbi (Bima), balimbeng (Flores),; Libi (Sawu), belerang (Sangi).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :

Batuk, sariawan (stomatitis), perut sakit, gondongan (parotitis),; Rematik, batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang; Jerawat, panu, tekanan darah tinggi (hipertensi), kelumpuhan,; Memperbaiki fungsi pencernaan, radang rektum.;

Pemanfaatan :

BAGIAN YANG DIPAKAI: Daun, bunga, buah.

KEGUNAAN:

Bunga:

- Batuk.

- Sariawan (stomatitis)

Daun:

- Perut sakit. Gondongan (Parotitis).

- Rematik.

Buah:

- Batuk rejan.

- Gusi berdarah, sariawan.

- Sakit gigi berlubang.

- Jerawat. Panu.

- Tekanan darah tinggi.

- Kelumpuhan.

- Memperbaiki fungsi pencernaan.

- Radang rektum.

PEMAKAIAN:

Untuk minum: Lihat resep.

Pamakaian luar: Daun secukupnya setelah dicuci bersih digiling halus sampai seperti bubur, dipakai sebagal tapal (pemakaian setempat) pada gondongan, rheumatism, jerawat, panu.

CARA PEMAKAIAN:

1. Pagel linu:

1 genggam daun belimbing wuluh yang masih muda, 10 biji cengkeh, 15 biji lada, digiling halus lalu tambahkan cuka secukupnya. Lumurkan ketempat yang sakit.

2. Gondongan:

10 ranting muda belimbing wuluh berikut daunnya dan 4 butir bawang merah setelah dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Balurkan ketempat yang sakit.

3. Batuk pada anak.

Segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, gula secukupnya dan air 1 cangkir, ditim selama beberapa jam. Setelah dingin disaring dengan sepotong kain, dibagi untuk 2 kali minum, pagi dan malam sewaktu perut kosong.

4. Batuk:

25 kuntum bunga belimbing wuluh, 1 jari rimpang temu-giring, 1 jari kulit kayu manis, 1 jari rimpang kencur, 2 butir bawang merah, ¼ genggam pegagan, ¼ genggam daun saga, ¼ genggam daun inggu, ¼ genggam daun sendok, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan 5 gelas air bersih sampai tersisa 2 ¼ gelas. Setelah dingin disaring, diminum dengan madu seperlunya. Sehari 3 kali ¾ gelas.

5. Batuk rejan:

10 buah belimbing wuluh dicuci lalu ditumbuk halus-halus, diremas dengan 2 sendok makan air garam, lalu disaring. Minum,lakukan 2 kali sehari. Atau buah belimbing wuluh dibuat manisan, sehari makan 3 x 6-8 buah.

6. Rematik :

a.100 gr daun muda belimbing wuluh, 10 biji cengkeh dan 15 biji merica dicuci lalu digiling halus, tambahkan cuka secukupnya sampai menjadi adonan seperti bubur. Oleskan adonan bubur tadi ketempat yang sakit.

b. 5 buah belimbing wuluh, 8 lembar daun kantil (Michelia champaca L.), 15 biji cengkeh, 15 butir lada hitam, dicuci lalu ditumbuk halus, diremas dengan 2 sendok makan air jeruk nipis dan 1 sendok makan minyak kayu putih. Dipakai untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit. Lakukan 2-3 kali sehari.

7. Sariawan:

a. Segenggarn bunga belimbing wuluh, gula jawa secukupnya dan 1 cangkir air direbus sampai kental. Setelah dingin disaring, dipakai untuk membersihkan mulut dan mengoles sariawan.

b. 2/3 genggam bunga belimbing wuluh, dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum, sehari 3 kali 3/4 gelas.

c. 3 buah belimbing wuluh, 3 butir bawang merah, 1 buah pala yang muda, 10 lembar daun seriawan, 3/4 sendok teh adas, 3/4 jari pulosari, dicuci lalu ditumbuk halus, diremas dengan 3 sendok makan minyak kelapa, diperas lalu disaring. Dipakai untuk mengoles luka-luka akibat sariawan, 6-7 kali sehari.

8. Jerawat:

a. Buah belimbing wuluh secukupnya dicuci lalu ditumbuk halus, diremas dengan air garam seperlunya, untuk menggosok muka yang berjerawat. Lakukan 3 kali sehari.

b. 6 buah belimbing wuluh dan 1/2 sendok teh bubuk belerang, digiling halus lalu diremas dengan 2 sendok makan air jeruk nipis. Ramuan ini dipakai untuk menggosok dan melumas muka yang berjerawat. Lakukan 2-3 kali sehari.

9. Panu:

10 buah belimbing wuluh dicuci lalu digiling halus, tambahkan kapur sirih sebesar biji asam, diremas sampai rata. Ramuan ini dipakai untuk menggosok kulit yang terserang panu. Lakukan 2 kali sehari.

10. Darah tinggi.

3 buah belimbing wuluh dicuci lalu dipotong-potong dan dimakan.

Komposisi :

SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa asam, sejuk. Menghilangkan sakit (analgetik), memperbanyak pengeluaran empedu, anti radang, peluruh kencing, astringent. KANDUNGAN KIMIA: Batang: Saponin, tanin, glucoside, calsium oksalat, sulfur, asam format, peroksidase. Daun: Tanin, sulfur, asam format, peroksidase, calsium oksalat, kalium sitrat.